Panas Pelarutan dan Aplikasinya dalam bidang
Indusrtri
Oleh : Ahmad Ridhoni
Kelarutan
adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk
larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kali
kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat
jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperature tertentu, bila larutan tidak
dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang
dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh, dan bila jumlah zat terlarut
lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat
dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur, dan sedikit
tekanan.
Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dilihat pada
peristiwa sederhana yang terjadi pada kehidupan sehari-hari yaitu kelarutan
gula dalam air. Gula yang dilarutkan ke dalam air panas, dan satu lagi
dilarutkan ke dalam air dingin, maka gula yang akan lebih cepat larut pada air
panas karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya.
Yang
dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah banyaknya
suatu zat yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi
tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/ liter. Jadi bila batas kelarutan
tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila
zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan
kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (Hoedijono, 1990).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent. Solute adalah substansi
yang terlarut. Sedangkan solvent adalah substansi yang melarutkan, contoh
sebuah larutan NaCl. NaCl adalah solute dan air adalah solvent. Dari ketiga
materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk memiliki semblan tipe
larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas,
cairan dalam cairan, dan sebagainya. Dari berbagai macam tipe ini larutan yang
lazim kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam
cairan, dan gas dalam gas (Yazid. Estien, 2005).
Suatu substansi dapat dikelompokkan sangat mudah larut, dapat larut (Moderately
Soluble), sedikit larut (Slightly Soluble), dan tidak dapat larut. Beberapa
variabel, misalnya ukuran ion-ion, muatan dari ion-ion, interaksi atara
ion-ion, interaksi antara solute dan solvent, temperature, mempengaruhi
kelarutan. Kelarutan dari solute relatif mudah diukur melalui percobaan.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelarutan antara lain:
1. Sifat alami dari solute dan
solvent
Substansi
polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya.
Substansi non polar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya,
dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya.
2. Efek dari temperature
terhadap kelarutan
Kebanyakan
zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada sejumlah solvent tertentu
dan pada temperatur tertentu pula. Temperature dari solvent memiliki efek yang
besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan padatan yang terlarut pada
liquid, kenaikkan temperatur akan berdampak pada kenaikkan kelarutan
(Solubilitas).
3. Efek tekanan pada
kelarutan
Perubahan
kecil dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan dari padatan dalam
cairan tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan.
Kelaruatn gas dalam cairan berbanding langsung pada tekanan dari gas
diatas larutan. Sehingga sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi
dua kali lipat jika tekanan dari gas diatas larutan adalah dua kali lipat.
4. Kelajuan dari zat
terlarut
a. Ukuran partikel
b. Temperatur dari
solvent
c. Pengadukan dari
larutan
d. Konsentrasi dari
larutan (Sukardjo, 1997).
Jika entalpi dari larutan adalah negatif peningkatan temperatur
menyebabkan penurunan kelarutan. Kebanyakan padatan solute memiliki entalpi
positif dari larutan sehingga kelarutan mereka meningkat sesuai dengan
kenaikkan temperatur. Hampir semua perubahan kimia merupakan proses eksotermik
ataupun proses endotermik. Hampir semua perubahan kimia merupakan proses
eksotermik. Kebanyakan, tetapi tidak semua reaksi yang terjadi secara spontan
adalah reaksi eksotermik (Sukardjo, 1997).
Kegunaan
Panas Pelarutan dalam Industri
1.
Dapat panas bahan bakar yang
semaksimal mungkin, misal suatu zat diketahui kelarutannya 4000oC maka bahan
bakar yang memberi panas 4000oC, sehingga keperluan bahan bakar dapat ditekan
semaksimal mungkin.
2.
Dalam pembuatan reaktor kimia, bila
panas pelarutannya diketahui dengan demikian perancangan reaktor disesuaikan
dengan panas pelarutan zat, hal ini untuk menghindari kerusakan pada reaktor
karena kondisi thermal tertentu dengan kelarutan reaktor tersebut.
3.
Pembuatan reactor kimia, pada proses pemisahan dengan cara
pengkristalan integral.
4.
Proses pembuatan grandul-grandul pada industri baja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar